Adalah mereka yang bergemuruh dalam kepalaku. Saling menyahut tak mau kalah. Berbisik kala aku menyibukkan diri, berteriak lantang ketika lampu dipadamkan. Pada cahaya temara seberang jalan yang kutilik dari jendela, suara mereka semakin bertabuhan.
Mereka berbagai rupa. Mematut diri, bersolek dengan gincu merah darah. Berlagak melacur. Mereka mengumpat, bermulut manis, bersilat lidah. Menyesap kopi lantas meludah.
Diamlah, kataku. Mereka tak acuh. Alih-alih melirih, mereka terus bersemangat menari dalam kepalaku. Rancak. Tak tahu irama. Tanpa malu berubah wujud. Anehnya, mereka hanyalah satu saja.
Engkau saja.
.
.
.
DIAM!!