Tapi Aku Ingin Menghapuskanmu

Aku ingin menuliskanmu dengan sederhana
Seperti berkas cahaya subuh berebut masuk di kisi jendela

Aku ingin menuliskanmu dengan sederhana
Seperti belaian angin dan kepakan sayap burung dara

Aku ingin menuliskanmu dengan sederhana
Seperti gemericik air yang mencium bebatuan

Aku ingin menuliskanmu dengan sederhana
Seperti senja yang bercumbu dengan horizon laut lepas

Aku ingin menuliskanmu dengan sederhana
Seperti bulan yang terlelap sementara kamu terjaga

Aku ingin menuliskanmu dengan sederhana
Seperti mengurai benang kusut bernama resah

Tapi aku ingin menghapuskanmu

.

Untitled-1

Aku Mencintaimu

Dengan keluguan, seperti gadis kecil yang tak henti memeluk boneka beruangnya
Entah berapa pertanyaan yang lantas menguar bersama udara,
Waktu dua mata teduhmu menatapku lamat-lamat
Atau kala jari-jari rampingmu menjemput tanganku dan mengecupnya
Tak ada yang perlu diragukan, pada kepalaku yang bersandar di dada,
Atas degup jantungmu yang berderap bak pacuan kuda

Lima tahun, dengan kedewasaan aku mencintaimu
Isak sudah tak lagi tercetus dari bibirku kala menyebutmu
Meski tanda tanyaku tidak pernah menemukan titik temu
Aku masih bercinta denganmu pada malam yang hening, jika kau ingin tahu
Namun dingin seakan menjadi api bagi kayu, membangunkan dari lena yang semu
Tepat ketika gelap menyingkir, aku harus kembali pada akalku
Aku dan kamu bukan hari ini atau yang menjelang, atau masa yang telah berlalu
Rangkaian kata pada buket bunga tak pernah berubah di atas bukit kecilmu,
Aku mencintaimu, tak berhujung.

Continue reading

Pernah (Jawabku)

Pernahkah kamu jatuh cinta? Maksudku jatuh yang benar-benar cinta?
— @Penagenic

Pernah, jawabku.
Pernah, hingga aku tak tahu bahwa lima tahun berselang dan aku masih tetap jatuh tanpa menemukan dasarnya.
Pernah, meski jika aku menghitungnya, mungkin kamu terjatuh lebih cepat dari aku.
Pernah, lantas aku terlena.
Pernah, dan itu menyakitkan.
Pernah, nyaris aku tak mengenali diriku sendiri kala denganmu.
Pernah, sampai pada aku tahu kamu tidak bahagia denganku.
Pernah, hingga aku tahu aku harus melepaskanmu.
Pernah, karena sampai saat ini aku masih jatuh.

Tanpa kamu.

 

NB: saya mah nggak jago bikin beginian. /gegulingan/