Koi

tanabata

I

Ori berjinjit kecil di atas bakiaknya. Tangannya menggapai ranting bambu, lantas menggantungkan tanzaku miliknya. Senyumnya terkulum. Dua telapak tangannya bersua, bertepuk pelan dan ia berdoa dalam hati.

Semoga terkabul.

One-chan1?” Maki menyembul dari ruang makan, mengerutkan dahi kala melihat kakaknya masih terpaku di depan ranting bambu. Ia berjalan mendekat. “Belum berangkat?”

Ini mau berangkat,” jawab Ori. “Ittekimasu2.”

Chotto3!”

Ori baru akan menggenggam kenop pintu ketika Maki memanggilnya. Ia berbalik, “Ne4?”

Maki mendekat, membenahi yukata Ori. Berjalan mundur dua langkah, meneliti yang mungkin terlupa. Rambut dicepol kecil dan menyisakan beberapa helai di tiap telinga, yukata jingga dengan motif bunga lili, purse putihmungil di tangannya, bakiak yang malu-malu menyembul. Ia tersenyum puas, sempurna. “Nah, sudah cantik!” Dua tangannya mendarat di pundak Maki, membalikkan tubuhnya. “Sudah, cepat pergi. Sebelum Tanabata selesai dan boatman meninggalkanmu, one-chan.”

Haha… Arigatou5, Maki-chan.”

 .

II

Ori mencengkam yukata-nya, menariknya sedikit ke atas. Setidaknya akan memudahkan ia berlari. Namun jalanan terlampau rapat bahkan untuk berjalan cepat. Ia susah payah menyelip pada arus manusia yang berlalu-lalang, para gadis yang bergerombol mengenakan yukata, pun dengan pasangan yang memilih berdiri di setiap stan yang berjejer. Stan aksesoris, permainan menembak, menangkap ikan mas, bahkan jajanan jalanan. Beberapa warung makanan terlihat penuh, tentu dengan ranting bambu di depan toko.

Sniff sniff!

Bau okonomiyaki! Bau Takoyaki juga! No no no! Ori, sekarang bukan saatnya! Fokus, Ori! Fokus!

Setelah nyaris satu jam melewati jalanan Osaka padat merayap, ia akhirnya menaiki tanjakan menuju bukit kecil yang ditujunya. Kendati jalan kesana tak terlalu tinggi, namun akan menjadi hal lain jika ia melaluinya dengan bakiak kayu. Menyebalkan. Melelahkan.

Sedikit lagi.

Sedikit lagi.

Bulir keringatnya mulai menetes. Membasahi pelipis dahi hingga punggung dan tangannya. Tungkainya lelah, hingga akhirnya ia kehilangan keseimbangan. Kaki kanannya baru akan melangkah maju, kala kaki kirinya terselip. Oleng, dia tak mampu berpikir apapun. Turunan berpuluh-puluh meter bersiap menyambutnya dengan berbagai dentuman. Mungkin dengan bonus patah tulang dan amnesia setelahnya.

Aaaakkh!!!”

Grap!

Ada yang menahannya dari belakang. Sebuah lengan menumpu punggungnya hingga gerakannya terhenti. Ia selamat, tak jadi bercinta dengan jalanan yang tak rata. Lengan kokoh yang menyelamatkannya mendekapnya untuk beberapa saat. “Daizobu6?” tanyanya.

Ori tersadar. Dengan cepat dia berdiri dan berbalik menatap si penyelamat. Bola matanya membola, tak percaya. “Yuu?”

 .

III

Kengyuu memijat lembut pergelangan kaki Ori. “Yang mana yang sakit?”

Yuu… aku tidak apa-apa…” balas Ori, mencoba menarik kakinya yang memerah. Mungkin karena genggaman Kengyuu terlalu kuat, atau kakinya yang memang masih memar. Akhirnya Ori memilih membiarkan kakinya di tangan Kengyuu.

Hime7, diamlah. Makan takoyakimu saja.”

Bibir Ori mengerucut. Tapi bahagia. Yuu pulang. Menghabiskan Tanabata di bukit. Memanggilnya Hime, panggilan kesayangannya. Memijitnya. Membawakan takoyaki favoritnya. Yuu yang dingin, pun hangat. Yuu yang tidak banyak bicara.

Yuu.

Kengyuu.

Matsumoto Kengyuu.

Dia mengambil satu tusuk takoyaki dan memakannya. Bulatannya melumer di lidah. “Oishiii8… pasti ini di stan Hanami-san kan?”

Yuu mengangguk.

Ori lantas mengambil tusukan yang lain dan menyuapkannya untuk Yuu. “Yuu~~ kamu beli apa saja sih?” tanyanya kemudian, sembari memandangi satu ranjang di sampingnya. Berbagai snack khas Tanabata, kipas, kincir angin. Banyak sekali. Rasanya  ranjang plastik itu sudah kelebihan muatan.

Yuu tersenyum kecil. Dia merogoh jaket parasutnya yang menggembung dan mengeluarkan satu bungkus plastik. Ada ikan mas kecil meluncur di dalamnya. “Hime, ini untukmu.”

Kontan Ori membuncah. “Whoaaa~~! Ikan mas! Bagaimana bisa kamu menangkapnya?”

Tentu saja bisa,” jawabnya singkat, menyeringai kecil.

Mereka terdiam. Ori masih mengamati ikan mas yang seakan mengerjap padanya. Dia lantas berpaling pada Yuu, “Yuu… Ikan mas kalau besar jadi apa?”

“Tentu saja ikan mas tetap jadi ikan mas. Ori no baka9.”

Ori memberungut. “Tidak imajinatif!”

 .

IV

Ddaaarrr!! Ddaarrr!!

Yuu… Kembang apinya mulai!” seru Ori. Jemarinya menarik-narik kemeja Yuu girang. Matanya masih terpaku pada langit penuh warna. Beberapa meluncur, mengembang bercahaya, beberapa yang lain mulai pudar, menghilang. Silih berganti.

Nee.”

Ori tersenyum. Lantas menengadah menatap langit jernih. Tepat di mana Vega dan Altair ada dalam ruang pandang yang sama. “Pasti boatman sudah mengantarkan Orihime untuk Kengyuu. Pasti mereka sedang tersenyum. Pasti mereka sedang membaca tanzakutanzaku yang kita bakar.”

Yuu hanya terkelu. Tangannya mengular, menuju tangan Ori yang menumpu tanah. Menggenggamnya dalam diam. Dengan mata yang sama terpakunya pada langit.

Kontan jantung Ori menghentak. Dia segera berpaling menatap Yuu. Sepasang mata itu saling menatap. Lekat. “Yuu?”

Ori-hime, besok aku sudah harus kembali ke Jerman.”

Nee.”

Ori-hime masih mau menunggu Tanabata selanjutnya kan?” tanyanya khawatir. Ada ketidakyakinan yang menyalutnya. Bagaimana tidak, dia hanya bertemu setahun sekali. Kala Festival Tanabata dimulai. Mungkin sejauh puluhan negara yang memisahkan, sejauh itu pula Milky Way memisahkan Vega dan Altair. Dia takut. Mungkin Ori akan berhenti mencintainya.

Ori.

Oriko.

Horikita Oriko.

Tidak mau.” Ori terdiam sejenak, menatap Yuu makin lekat. “Ori tidak mau menunggu Tanabata. Ori tidak mau menunggu seperti Orihime menunggu boatman mengantarkannya untuk bertemu Kengyuu. Ori tidak mau menunggu boatman mengantar Yuu.”

Yuu tersentak. Tak bereaksi.

“Ori mau menyusul Yuu ke Jerman. Boleh kan?”

Untuk kesekian kalinya malam itu, Yuu terdiam. Tak mampu seneuron pun berfungsi. Ada yang meletup tanpa henti di dadanya, di kepalanya. Ada yang menjalar cepat ke sekujur tubuhnya. Tuhan, jangan bangunkan dia jika dia bermimpi.

“Yuu? Boleh kan, Ori menyusul ke Jerman?” tanya Ori sekali lagi. Sedikit merajuk.

Dua bibir mereka bertemu. Tak ada jawaban yang dibutuhkan Ori. Pertanyaannya terjawab tanpa aksara. Jemari Yuu menyentuh pipi Ori, sementara yang lain mengular di pinggang.

“Jadi kali ini aku yang menunggu boatman datang membawamu?”

 .

V

Jemari mereka bertaut, berjalan lamat-lamat menuruni bukit. Tak ada gempita, hanya hening yang menenangkan. Satu hal yang selalu Ori harap tak pernah berakhir.

Yuu…” panggil Ori.

“Hmm?”

“Ikan mas kalau besar nanti jadi apa?”

Humm… Koi.10

Ori menyengir kecil. Menggenggam jemari Yuu kian kuat. Hangat. Menenangkan.

Tanzaku, kabulkan doaku. Aku ingin bersama Kengyuu selamanya.

.

Keterangan:

  1. Festival Tanabata — Festival yang diadakan setahun sekali di Jepang pada musim panas. Merayakan bertemunya Orihime (Vega) dan Kengyuu (Altair) yang dipisahkan oleh Sungai Amanogawa (Milky Way). Festival ini dirayakan besar-besaran, dengan pohon bambu yang digantungi tanzaku berisi harapan, stan-stan beraneka ragam dan ditutup dengan dibakarnya bambu-bambu dan kembang api.
  2. Orihime & Kengyuu Legend — Legenda China yang dibawa ke Jepang. Tentang sepasang kekasih yang dipisahkan oleh sungai Amanogawa. Mereka hanya boleh bertemu setahun sekali, pada hari Tanabata dengan diantar oleh boatman. Jika hujan boatman tidak akan datang dan mereka harus menunggu setahun kemudian untuk bertemu.
    (lebih lanjut baca di sini)
  3. “Ikan mas kalau besar nanti jadi apa?” | “Koi.” (Sunflower’s Message, 2002) — artinya perasaan itu kalo dipelihara lama-lama akan menjadi cinta. 😀

.

1 Sebutan untuk kakak perempuan
2 Aku pergi
3 Sebentar!
4 Ya
5 Terima kasih
6 Kamu baik-baik saja?
7 Tuan putri
8 Enak
9 Ori bodoh
10 Cinta

.

Author’s note:
Sungguh saya tidak tahu apa yang merasuki saya waktu bikin ini. Picisan sekali. Tidak ‘saya’ sekali.
Ya sudahlah. Sudah jadi juga. –”
Semoga menikmati. 🙂

23 thoughts on “Koi

  1. wehehehehehe!!!! halo halooo aku pas dikasih linknya langsung meluncur kesini hehehe 🙂
    yaaa walaupun ini bukan adis banget, tapi ini okeeeee dan manisss

    di bayangan aku biasanya yg jepang2 gitu tuh langsung inget komik2 jepang yang jadul hehe dan ini modern ato enggak sih?

    iiihhh suka bangetlah sama yang ini, bnyk bahasa jepangnya dan aku cuma tau arti ne sama cotto hahaha tapi always menikmati cerita adis dan why why why kalo fluff selalu tentang ikan? suka ikan yaaahh..waktu itu nemo wkwk

    pokoknya aku suka sama yang ini, yg ngulang2 namanya itu jg so sweet hehe 😉

    sekian komen drabble kuuhh 🙂

    • hha… adegan lovey dovey inih… cukup manis kaann… rasanya inosen gituh merekanyaahh.. ><

      ini di jaman modern kok settingnya. di festival tanabata, yg mereka emang pake yukata. 🙂

      iya, kalo bahasa jepang aku masih lancar, ketimbang korea. kekeke~~ aduh, iya ya. kok ikan mulu yaa.. :)))
      aku nggak sadar. hha..

      thankies ya dira.. 🙂

  2. Pingback: Koi | Words of 'Poetica'

  3. iy, sm2 dgn koment d’atas,..
    bukan adis bnget,.
    tp ckp sweet lah,.
    jrng2 bca ff dgn latar jepang,..
    hehe,..
    cast cew,ori ya jd mngingetkan kk’ dgn tmn lama pas bcany,..
    panggilanny ori jg sih & sm2 suka mkn,.
    kl yg ini suka takoyaki, dy mah suka bakso,..
    ap kbrny skrng?
    kok mlh curcol sih,..
    ikan emas kl besar jd ap? Koi
    jd punya mkna arti klmt i2,.. ‘angguk2’
    tp bknny kl ikan emas kl besar jd ikan emas bkr at goreng gitu,.. ‘abaikan’
    pkkny d’tunggu cerita yg lain,..
    fighting,.. 🙂

  4. Kak, aduh. Kalau kakak ragu untuk karya yang ini, saia sarankan kakak buat tutup kuping buat komentar, “Kok tulisan ini beda ya dari Adiez yang biasa.” Biarin aja berbeda. Tapi berbeda buat lebih baik.
    Sepertinya tulisan drabble yang sebelumnya saia baca memang terlihat seperti peralihan. Jadi, Kak Adiez seperti mencari jati diri baru buat menulis fluff.

    Jelas aja sih, Kak. Penulis manapun pasti ada masa-masa sulit buat mencari pijakan baru buat sebuah genre yang berbeda. Tapi buat saia, soal karya ini, Kak Adiez dah menemukannya lho. Saia suka banget dengan karakter dan narasi ceritanya. Semuanya dijelaskan secara runtun, apalagi dengan adanya keterangan di akhir itu, tulisan fluff yang kakak bikin ini gak cuma sekadar ringan dan hiburan aja, tapi menginformasikan hal baru kepada pembaca 😀
    Saia pernah denger nih tentang legenda itu, di sekolah pernah ada yang ngedramain gitu. Tapi, baca cerita ini jadi kerasa gimana ya? Seperti masa lampau yang dibangun di masa kini gitu. Lebih gress. Hehehe.

    Terus buat gaya bahasanya. Pas banget deh, Kak. Seperti yang saia bilang sebelumnya. Kalau kakak dan yang lain beropini: memang ini bukan seperti gaya bahasa Kak Adiez, tapi menurut saia, itu sama sekali gak menghilangkan kepiawaian kakak dalam menulis sebuah cerita. Sebuah genre memang harus disesuaikan dng gaya bahasanya, bukan karena ingin berdiksi tinggi lalu semua cerita yang ringan juga harus dipagari dng nuansa penuh pemikiran.

    Dan sekali lagi,

    INI PAS SEKALI!
    PAS MANTABS.
    Keep writing, Kak.

    PS. Maaf saia ngebacot abis dng spasi ekstra. Yuhu!

    • hhe… yang ini lebih baik kah? padahal bikinnya duluan ini lho…
      mungkin krna belom biasa bikin genre begini. 😀
      iya, ini sengaja dibuat runtun, bagaimana debaran bertemu kekasih yg unyu unyuu begituh~~ ><
      dan memangs saya sengaja mewujudkan legenda dengan keadaan sekarang. analogi yg manis kan yaa…

      iyah, gaya bahasa emang kadang harus nurutin genrenya. nanti manisnya nggak kerasa kan yah… 🙂

      makasiihh zuraaa~^^

  5. wuaduh unyunyaaa~
    awalnya gak terlalu ngerti karena otak yang emang lemot plus gak tau apa-apa tentang jepang. tapi setelah baca keterangannya.. uuuuhhhh ;3; tiba-tiba seperti dapat pencerahan haha.

    manis maksimallll (y)

  6. duh, apa ya yang mau ditulis di comment box ini? gada komentar, apalagi kritik, asli ini romantis, sweet, dan yaampun mengalir gitu aja, asik bacanya gak bosen ^_^ karya kakak emang apik banget yaaa 🙂 duh, boleh dong berguru 😀 good job! 🙂

  7. Aakkk..ini imut unyu munyu sekalih. Apalagi Ori memanggil dirinya dengan nama sendiri, ugh, sugoku kawaii 😀
    Mungkin aku nggak bisa komen banyak, tapi aku sangat menikmati cerita ini, fluffy dan manis banget. Adegan menonton kembang api bareng dan berkeliling di pasar malam sedikit mengingatkanku dengan Lovely Complex, tentunya dengan versi yang jauh lebih romantis.
    Ada typo dikit sih, one-chan -> onee-chan, trus daizobu -> daijoubu.
    Trus kalau menurutku sih, karena ini latarnya di Osaka, ada ungkapan yang agak berbeda dengan bahasa Jepang standar, seperti arigatou -> ookini dan baka –> aho.

Leave a reply to adiezrindra Cancel reply